ACFTA membawa dampak terhadap industri-industri domestik dalam
negeri hal ini membawa pengaruh terhadap stabilitas Indonesia. ini dilihat dari
dua sektor industri yang penulis teliti yaitu industri tekstil dan alas kaki.
Impor Indonesia dari China untuk barang-barang
tekstil dan alas kaki mengalami peningkatan yang cukup signifikan, penyebabnya
adalah harga yang murah dan lebih beragam. Hal ini mengakibatkan pasar domestik
dikuasai oleh barang-barang China sehingga barang buatan dalam negeri tidak
mampu bersaing. Banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh perjanjian ACFTA ini
membawa pemerintah melakukan strategi demi menyelamatkan industri-industri
dalam negeri salah satunya dengan melakukan peningakatan daya saing,
memproteksi produk dalam negeri sehingga produk–produk impor tidak menguasai
pasar dalam negeri sehingga mampu tercipta peluang yang lebih besar untuk
produk–produk dalam negeri menguasai pasar sendiri serta mengambil
kebijakan-kebijakan untuk meningkatakan stabilitas ekonomi indonesia. Selain
itu walaupun ACFTA banyak membawa pengaruh negatif terhadap industri-industri
dalam negeri akan tetapi Indonesia masih bisa mendapatkan peluang yaitu dengan
meningkatkan ekspor produk-produk unggulan dalam negeri, Indonesia
harus jeli melihat peluang yanga ada agar dapat mengambil keuntungan yang mampu
menopang perekonomian indoensia. Sementara itu, tantangan utama yang dihadapi
Indonesia dalam bidang perdagangan luar negeri adalah bagaimana meningkatkan
daya saing terhadap ekonomi negara-negara kawasan yang makin meningkat
pertumbuhan dan produktifitasnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pesatnya pertumbuhan ekonomi tiong kok mengakibatkan makin besarnya aktivitas serta ekspansi perdagangan negara tersebut ke negara lain. Pertumbuhan ekonomi Tiong kok tumbuh 9,1 persen pada 2003. PDB Tiong kok tahun 2003 adalah 11,6694 triliun yuan (1,4 triliun dolar AS). Sejak tiong kok bergabung ke dalam organisasi perdagangan dunia (WTO) mulailah ekspansi tiong kok dimulai ke negara lain, terus menggeliat melebarkan sayap ekonomi ke segala penjuru dunia dalam berbagai bidang ekonomi seperti menebar lembar-lembar cek bernilai besar. Ada pembelian mayoritas saham bisnis PC IBM oleh Lenovo senilai 1,75 miliar dolar, lalu komitmen Beijing senilai 200 miliar dolar di Iran, dan 1 miliar dolar dibayarkan kepada Brasil, juga urusan minyak. Pengeboran minyak dilakukannya di Sudan, komitmen senilai 2 miliar dolar di Angola untuk mengeksploitasi sumber minyak. Selain negara-negara yang disebutkan dimuka, Indonesia pun menjadi salah satu target pemasaran produk-produk tiong kok hingga saat ini.
Produk yang berkualitas dengan harga yang murah merupakan salah satu daya tarik tersendiri dari produk-produk tiong kok yang dipasarkan di indonesia. Mulai dari bangun tidur, kemudian beraktivitas sehari-hari, hingga beristirahat lagi di waktu malam, hampir sebagian besar produk buatan Tiong kok tidak lepas dari kita. Mau makan, piringnya buatan Tiong kok. Mau tidur, selimutnya juga impor dari negara itu. Selain itu, produk-produk Tiong kok juga meliputi furnitur, elektronik, bahkan perhiasan.
Masuknya produk-produk tiong kok ke indonesia memang tidak dapat dihindari. Ini merupakan dampak dari globalisasi yang harus kita hadapi. Besarnya permintaan konsumen terhadap produk-produk yang berasal dari tiong kok memang tidak dapat kita elakan karena produk-produk buatan kita yang kalah bersaing dengan produk mereka. Rendahnya kualitas produk indonesia turut menjadi faktor penyumbang melemahnya tenaga bersaing kita terhadap barang-barang dari tiong kok. Produk-produk tiong kok yang mampu melihat selera konsumen sehingga selalu dicari oleh konsumen merupakan salah satu kelebihan produk tiong kok yang pada akhirnya akan berakibat pada industri nasional.
Pihak yang paling merasakan dampak dari masuknya produk-produk tiong kok ke indonesia tentunya adalah para pengusaha nasional. Persaingan yang terjadi seolah menjadi tidak sehat disebabkan oleh kemampuan industri tiong kok untuk memproduksi barang yang memiliki kualitas sama dengan harga yang jauh lebih murah.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pesatnya pertumbuhan ekonomi tiong kok mengakibatkan makin besarnya aktivitas serta ekspansi perdagangan negara tersebut ke negara lain. Pertumbuhan ekonomi Tiong kok tumbuh 9,1 persen pada 2003. PDB Tiong kok tahun 2003 adalah 11,6694 triliun yuan (1,4 triliun dolar AS). Sejak tiong kok bergabung ke dalam organisasi perdagangan dunia (WTO) mulailah ekspansi tiong kok dimulai ke negara lain, terus menggeliat melebarkan sayap ekonomi ke segala penjuru dunia dalam berbagai bidang ekonomi seperti menebar lembar-lembar cek bernilai besar. Ada pembelian mayoritas saham bisnis PC IBM oleh Lenovo senilai 1,75 miliar dolar, lalu komitmen Beijing senilai 200 miliar dolar di Iran, dan 1 miliar dolar dibayarkan kepada Brasil, juga urusan minyak. Pengeboran minyak dilakukannya di Sudan, komitmen senilai 2 miliar dolar di Angola untuk mengeksploitasi sumber minyak. Selain negara-negara yang disebutkan dimuka, Indonesia pun menjadi salah satu target pemasaran produk-produk tiong kok hingga saat ini.
Produk yang berkualitas dengan harga yang murah merupakan salah satu daya tarik tersendiri dari produk-produk tiong kok yang dipasarkan di indonesia. Mulai dari bangun tidur, kemudian beraktivitas sehari-hari, hingga beristirahat lagi di waktu malam, hampir sebagian besar produk buatan Tiong kok tidak lepas dari kita. Mau makan, piringnya buatan Tiong kok. Mau tidur, selimutnya juga impor dari negara itu. Selain itu, produk-produk Tiong kok juga meliputi furnitur, elektronik, bahkan perhiasan.
Masuknya produk-produk tiong kok ke indonesia memang tidak dapat dihindari. Ini merupakan dampak dari globalisasi yang harus kita hadapi. Besarnya permintaan konsumen terhadap produk-produk yang berasal dari tiong kok memang tidak dapat kita elakan karena produk-produk buatan kita yang kalah bersaing dengan produk mereka. Rendahnya kualitas produk indonesia turut menjadi faktor penyumbang melemahnya tenaga bersaing kita terhadap barang-barang dari tiong kok. Produk-produk tiong kok yang mampu melihat selera konsumen sehingga selalu dicari oleh konsumen merupakan salah satu kelebihan produk tiong kok yang pada akhirnya akan berakibat pada industri nasional.
Pihak yang paling merasakan dampak dari masuknya produk-produk tiong kok ke indonesia tentunya adalah para pengusaha nasional. Persaingan yang terjadi seolah menjadi tidak sehat disebabkan oleh kemampuan industri tiong kok untuk memproduksi barang yang memiliki kualitas sama dengan harga yang jauh lebih murah.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah –masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Menjelaskan apa yang di maksud ACFTA dan tujuan ACFTA?
2. Bagaimana pengaruh masuknya produk tiong kok terhadap Indonesia?
3. Apa dampak positif dan negative masuknya produk tiong kok ke Indonesia?
4. Bagaiman kebijakan pemerintah dalam menghadapi ACFTA?
C. TUJUAN
1. Dapat memahami apa yang itu ACFTA dan tujuan dari terbentuknya ACFTA
2. Mengetahui sejauh mana pengaruh masuknya produk tiong kok ke Indonesia
3. Mendeskripsikan dampak positif dan dampak negative dari masuknya produk tiong kok ke Indonesia
4. Memahami kebijakan – kebijakan pemerintah dalam menghadapi ACFTA
Adapun masalah –masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Menjelaskan apa yang di maksud ACFTA dan tujuan ACFTA?
2. Bagaimana pengaruh masuknya produk tiong kok terhadap Indonesia?
3. Apa dampak positif dan negative masuknya produk tiong kok ke Indonesia?
4. Bagaiman kebijakan pemerintah dalam menghadapi ACFTA?
C. TUJUAN
1. Dapat memahami apa yang itu ACFTA dan tujuan dari terbentuknya ACFTA
2. Mengetahui sejauh mana pengaruh masuknya produk tiong kok ke Indonesia
3. Mendeskripsikan dampak positif dan dampak negative dari masuknya produk tiong kok ke Indonesia
4. Memahami kebijakan – kebijakan pemerintah dalam menghadapi ACFTA
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. ACFTA DAN TUJUAN ACFTA
ACFTA untuk barang mulai berlaku 1 Januari 2005 dan selesai 1 Januari 2010. Tujuan dari ASEAN-China Free Trade Agreemen (ACFTA) adalah membuka market access yang selebar-lebarnya sehingga memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang lebih kurang sama besarnya, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan melalui proses negosiasi yang dilakukan dengan cara request dan offer. Dalam proses negosiasi ini tentunya tidak ada pihak yang mau membuat persetujuan kalau dia dirugikan. Jadi ketika negara-negara ASEAN mulai berunding dengan Tiong kok, maka harus dibuat penelitian yang mendalam dan teliti terlebih dahulu, berapa besar kira-kira keuntungan yang akan diperoleh setiap, di bidang mana saja untungnya, di bidang mana saja akan rugi, pada negara ASEAN mana keuntungan jatuhnya akan lebih besar dan negara ASEAN mana kerugiannya akan jatuh lebih besar. Tidak cukup dengan hanya melihat potensi pasar Tiong kok yang besar, tetapi apakah memang ada kemungkinan untuk meningkatkan ekspor ke sana. Juga tidak cukup dengan membuat analisa Revealed Comparative Advantage (RCA), karena pertama jenis analisa ini sifatnya static, kita hanya melihat posisi pada tahun tertentu saja atau paling jauh comparative static. Kedua, kalau misalnya Indonesia bisa ekspor kelapa sawit ke Tiong kok, tidak berarti bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap Tiong kok karena Tiong kok tidak bisa karena iklimnya menanam kelapa sawit, lagi pula keuntungannya tidak akan banyak kalau kita hanya sekedar mampu ekspor bahan mentahnya saja karena value added nya rendah, yang harus dikejar adalah ekspor barang-barang hasil olahan industri yang mempunyai nilai tambah yang tinggi. Sifat penetiannya harus lebih konkret, apakah ada hambatan bagi produk-produk yang Indonesia ekspor, baik berupa tariff maupun non-tarif dan pada produk apa saja? Untuk impor bahan-bahan mentah yang tidak terdapat di dalam negeri, biasanya tarifnya nol. Bagi jenis barang yang tarifnya nol atau rendah, suatu persetujuan perdagangan bebas tidak ada gunanya, karena memang sudah bebas. Pertanyaan ini harus dijawab terlebih dahulu.
Sebagai bagian integral dari persetujuan ini juga ada persetujuan mengenai Early Harvest Programme di bidang pertanian yang sudah mulai diberlakukan sejak 1 Juli 2003 (Art. 6).
Negara-negara ASEAN tertarik untuk membuat persetujuan perdagangan bebas dengan Tiong kok karena melihat pasarnya yang besar. Pasar yang besar karena jumlah penduduknya besar bisa kurang berarti, jika daya beli rakyatnya masih relatif rendah. Meskipun demikian secara absolut total impor Tiong kok masih cukup besar. Dan belum tentu ada permintaan terhadap produk Indonesia. Jadi FTA percuma. Kalaupun ada, misalnya tekstil, belum tentu Indonesia yang dapat karena ada banyak pesaing eksportir dari negara-negara lain. Jadi tidak cukup mengatakan, bahwa peluangnya besar karena jumlah penduduknya besar. Yang harus kita perhitungkan adalah peluang nyata, bukan peluang di awang-awang.
Ketika dimulai perundingan, perlu diperhitungkan peluang negara-negara ASEAN lainnya, jangan hanya melihat “peluang”, jangan-jangan peluang yang besar ini direbut oleh negara ASEAN lainnya, bukan oleh Indonesia.
Ketika memulai suatu perundingan FTA yang pertama harus dilakukan adalah membuat suatu penelitian tentang untung ruginya, terutama bagi pihak kita, sehingga hasilnya nanti tidak merugikan.
ACFTA untuk barang mulai berlaku 1 Januari 2005 dan selesai 1 Januari 2010. Tujuan dari ASEAN-China Free Trade Agreemen (ACFTA) adalah membuka market access yang selebar-lebarnya sehingga memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang lebih kurang sama besarnya, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan melalui proses negosiasi yang dilakukan dengan cara request dan offer. Dalam proses negosiasi ini tentunya tidak ada pihak yang mau membuat persetujuan kalau dia dirugikan. Jadi ketika negara-negara ASEAN mulai berunding dengan Tiong kok, maka harus dibuat penelitian yang mendalam dan teliti terlebih dahulu, berapa besar kira-kira keuntungan yang akan diperoleh setiap, di bidang mana saja untungnya, di bidang mana saja akan rugi, pada negara ASEAN mana keuntungan jatuhnya akan lebih besar dan negara ASEAN mana kerugiannya akan jatuh lebih besar. Tidak cukup dengan hanya melihat potensi pasar Tiong kok yang besar, tetapi apakah memang ada kemungkinan untuk meningkatkan ekspor ke sana. Juga tidak cukup dengan membuat analisa Revealed Comparative Advantage (RCA), karena pertama jenis analisa ini sifatnya static, kita hanya melihat posisi pada tahun tertentu saja atau paling jauh comparative static. Kedua, kalau misalnya Indonesia bisa ekspor kelapa sawit ke Tiong kok, tidak berarti bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap Tiong kok karena Tiong kok tidak bisa karena iklimnya menanam kelapa sawit, lagi pula keuntungannya tidak akan banyak kalau kita hanya sekedar mampu ekspor bahan mentahnya saja karena value added nya rendah, yang harus dikejar adalah ekspor barang-barang hasil olahan industri yang mempunyai nilai tambah yang tinggi. Sifat penetiannya harus lebih konkret, apakah ada hambatan bagi produk-produk yang Indonesia ekspor, baik berupa tariff maupun non-tarif dan pada produk apa saja? Untuk impor bahan-bahan mentah yang tidak terdapat di dalam negeri, biasanya tarifnya nol. Bagi jenis barang yang tarifnya nol atau rendah, suatu persetujuan perdagangan bebas tidak ada gunanya, karena memang sudah bebas. Pertanyaan ini harus dijawab terlebih dahulu.
Sebagai bagian integral dari persetujuan ini juga ada persetujuan mengenai Early Harvest Programme di bidang pertanian yang sudah mulai diberlakukan sejak 1 Juli 2003 (Art. 6).
Negara-negara ASEAN tertarik untuk membuat persetujuan perdagangan bebas dengan Tiong kok karena melihat pasarnya yang besar. Pasar yang besar karena jumlah penduduknya besar bisa kurang berarti, jika daya beli rakyatnya masih relatif rendah. Meskipun demikian secara absolut total impor Tiong kok masih cukup besar. Dan belum tentu ada permintaan terhadap produk Indonesia. Jadi FTA percuma. Kalaupun ada, misalnya tekstil, belum tentu Indonesia yang dapat karena ada banyak pesaing eksportir dari negara-negara lain. Jadi tidak cukup mengatakan, bahwa peluangnya besar karena jumlah penduduknya besar. Yang harus kita perhitungkan adalah peluang nyata, bukan peluang di awang-awang.
Ketika dimulai perundingan, perlu diperhitungkan peluang negara-negara ASEAN lainnya, jangan hanya melihat “peluang”, jangan-jangan peluang yang besar ini direbut oleh negara ASEAN lainnya, bukan oleh Indonesia.
Ketika memulai suatu perundingan FTA yang pertama harus dilakukan adalah membuat suatu penelitian tentang untung ruginya, terutama bagi pihak kita, sehingga hasilnya nanti tidak merugikan.
B. PENGARUH MASUKNYA PRODUK TIONG
KOK KE INDONESIA
Diperkirakan Indonesia kedepan hanya dalam waktu satu sampai dua tahun akan menjadi negara konsumen, karena masuknya berbagai produk China akibat perjanjian perdagangan bebas antara China dengan ASEAN. Produk China akan membanjiri pasar domestik dengan harga yang lebih murah ketimbang produk lokal. Apa dampak lebih buruknya kalau kita menjadi negara konsumen? Jika Indonesia menjadi negara konsumen, maka dikhawatirkan investasi asing akan berkurang. Para investor asing kemungkinan akan menginvestasikan dana di China maupun di Vietnam ketimbang Indonesia sebagai basis produksi dan mengekspor produknya ke pasar Indonesia. Bagaimana upaya pemerintah untuk mencegahnya? Melakukan kebijakan yang positif. Pemerintah diharapkan segera membuat aturan yang dapat menahan laju produk China sehingga tidak semuanya masuk ke Indonesia. Saya optimis pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk dapat mengantisipasi masuknya produk China yang harganya jauh lebih murah ketimbang produk domestik. Dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional? Begini, meski Indonesia nanti menjadi negara konsumen, pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan se-besar 5.5 persen bisa saja tumbuh. Namun ekspor Indonesia diperkirakan akan . merosot tajam karena volumenya makin mengecil. Pemerintah harus benar-benar siap dalam perjanjian perdagangan bebas antar-ASEAN dengan China. Apakah kita benar-benar siap menghadapi serbuan produk dari China? Sebenarnya, memang kita harus sudah siap menghadapi serbuan produk China. Namun, melihat kondisi industri di Indonesia, bila produk China masuk ke pasar domestik, maka industri tekstil, industri sepatu, keramik, alat bahan bangunan di dalam negeri akan mengalami kemunduran. Kondisi ini tentu juga akan berdampak negatif terhadap tenaga kerja. Bisa saja akan terjadi pengurangan karyawan, akibat produksi perusahaan akan makin berkurang Diperkirakan Indonesia kedepan hanya dalam waktu satu sampai dua tahun akan menjadi negara konsumen, karena masuknya berbagai produk China akibat perjanjian perdagangan bebas antara China dengan ASEAN. Saya optimis pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk dapat mengantisipasi masuknya produk China yang harganya jauh lebih murah ketimbang produk domestik. Namun, melihat kondisi industri di Indonesia, bila produk China masuk ke pasar domestik, maka industri tekstil, industri sepatu, keramik, alat bahan bangunan di dalam negeri akan mengalami kemunduran.
Diperkirakan Indonesia kedepan hanya dalam waktu satu sampai dua tahun akan menjadi negara konsumen, karena masuknya berbagai produk China akibat perjanjian perdagangan bebas antara China dengan ASEAN. Produk China akan membanjiri pasar domestik dengan harga yang lebih murah ketimbang produk lokal. Apa dampak lebih buruknya kalau kita menjadi negara konsumen? Jika Indonesia menjadi negara konsumen, maka dikhawatirkan investasi asing akan berkurang. Para investor asing kemungkinan akan menginvestasikan dana di China maupun di Vietnam ketimbang Indonesia sebagai basis produksi dan mengekspor produknya ke pasar Indonesia. Bagaimana upaya pemerintah untuk mencegahnya? Melakukan kebijakan yang positif. Pemerintah diharapkan segera membuat aturan yang dapat menahan laju produk China sehingga tidak semuanya masuk ke Indonesia. Saya optimis pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk dapat mengantisipasi masuknya produk China yang harganya jauh lebih murah ketimbang produk domestik. Dampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional? Begini, meski Indonesia nanti menjadi negara konsumen, pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan se-besar 5.5 persen bisa saja tumbuh. Namun ekspor Indonesia diperkirakan akan . merosot tajam karena volumenya makin mengecil. Pemerintah harus benar-benar siap dalam perjanjian perdagangan bebas antar-ASEAN dengan China. Apakah kita benar-benar siap menghadapi serbuan produk dari China? Sebenarnya, memang kita harus sudah siap menghadapi serbuan produk China. Namun, melihat kondisi industri di Indonesia, bila produk China masuk ke pasar domestik, maka industri tekstil, industri sepatu, keramik, alat bahan bangunan di dalam negeri akan mengalami kemunduran. Kondisi ini tentu juga akan berdampak negatif terhadap tenaga kerja. Bisa saja akan terjadi pengurangan karyawan, akibat produksi perusahaan akan makin berkurang Diperkirakan Indonesia kedepan hanya dalam waktu satu sampai dua tahun akan menjadi negara konsumen, karena masuknya berbagai produk China akibat perjanjian perdagangan bebas antara China dengan ASEAN. Saya optimis pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk dapat mengantisipasi masuknya produk China yang harganya jauh lebih murah ketimbang produk domestik. Namun, melihat kondisi industri di Indonesia, bila produk China masuk ke pasar domestik, maka industri tekstil, industri sepatu, keramik, alat bahan bangunan di dalam negeri akan mengalami kemunduran.
Dewasa ini, masih terdapat sebanyak
11 (sebelas) jenis komoditi yang terkena hambatan non-tarif, antara lain:
minyak olahan, kayu, polyester, serat akrilik, karet alam, ban (karet), natrium
sianida, gula olahan, pupuk kimia, tembakau dan rokok. Ini diluar kuota
sekaligus tarif bea masuk ke Tiong kok atas kakao sebesar 10%, juga untuk
kelapa sawit, yang tidak jelas pengenaannya sehingga menyebabkan produk
Indonesia kalah bersaing dengan produk yang sama dari negara lain. Selain itu,
kendala lain adalah banyaknya pebisnis nasional yang belum cukup andal memanfaatkan
negosiasi regional untuk memperoleh atau memperdalam pangsa pasar atas
produk-produk yang selama ini menjadi unggulan memasuki Tiong kok.
Untuk sebelas produk tersebut,
sampai saat ini Indonesia masih memiliki pangsa pasar yang cukup besar di Tiong
kok. Sayangnya karena kelemahan dalam daya saing dengan sesama negara ASEAN,
beberapa dari komoditas tersebut mulai kehilangan pangsa pasarnya. Pada umumnya
produk-produk ini melemah daya saingnya karena pebisnis kita yang masih saja
fokus pada pasar yang tidak mengalami pertumbuhan dan tidak mengambil
kesempatan untuk memberdayakan potensi internal yang belum tergarap dari
menggeliatnya perekonomian Tiong kok.
Apabila Indonesia tidak segera merealisasikan untuk segera memperbaiki kinerja dalam pengelolahan produksinya maka dikhawatirkan, produk-produk dari Tiong kok dapat mematikan produksi dalam negeri.
Apabila Indonesia tidak segera merealisasikan untuk segera memperbaiki kinerja dalam pengelolahan produksinya maka dikhawatirkan, produk-produk dari Tiong kok dapat mematikan produksi dalam negeri.
C.DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF
MASUKNYA PRODUK TIONG KOK KE INDONESIA
Dalam empat tahun, nilai impor Indonesia dari Tiong kok di luar sektor minyak dan gas meningkat lebih dari 140 persen. Jika pada awal krisis di tahun 1998 nilai impor dari Tiong kok hanya 870,99 juta dollar AS, tahun 2002 nilainya telah mencapai 2,098 miliar dollar AS. Dalam periode sama, volumenya juga meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 2,01 juta ton di tahun 1998 menjadi 4,773 juta ton pada tahun 2002. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, komoditas impor nonmigas terbesar dari Tiong kok dilihat dari realisasi impor periode Januari-Agustus 2003 adalah jagung sebanyak 95,533 juta dollar AS. Volumenya 782,5 ton, diikuti komoditas buah-buahan segar dan dikeringkan senilai 52,058 juta dollar AS.
Melihat fakta diatas makin jelas akibat yang akan ditimbulkan oleh masuknya produk tiong kok ke indonesia. Di satu sisi, konsumen akan dimanjakan oleh produk-produk yang memiliki kualitas lumayan dengan harga yang jauh lebih murah, selain itu terdapatnya banyak variasi dari produk-produk yang tawarkan makin membuat konsumen makin dimanjakan.ACFTA ternyata memberi dampak positif terhadap Indonesia, contohnya perdagangan bebas ini dapat menyelamatkan negara dari pasar gelap yang sangat merugikan negara. Selain itu, perdagangan bebas ini juga dapat membuat volume perdagangan antarnegara meningkat besar karena semakin banyak produk-produk asing di pasaran.
Banyak pihak meyakini bahwa munculnya ACFTA tidaklah banyak mendapatkan keuntungan kepada Indonesia, ACFTA dianggap hanya akan mendatangkan kerugian dibandingkan dengan manfaatnya, khususnya terhadap industri manufaktur (tekstil, makanan dan minuman, petrokimia, peralatan pertanian, alas kaki. Lalu ada lagi sektor industri fiber sintetik, elektronik (kabel, peralatan listrik), permesinan, jasa engineering, Industri Besi dan Baja) dan tenaga kerja. Dari beberapa diskusi, baca Koran/artikel mengenai dampak buruk ACFTA bagi Indonesia yang telah saya lalui, saya temukan ada beberapa dampak negatif dari ACFTA terhadap Indonesia.
1. Bila pemerintah sampai membebaskan pajak impor hingga nol persen (0%), maka Indonesia tidak akan mendapatkan keuntungan sepeserpun dari masuknya produk impor dari Tiong kok.
2. Terjadi defisit perdagangan. Ini akan menimpa 12 sektor industri yang akan kembali ke titik nadir. Ke 10 sektor Industri tersebut adalah tekstil, makanan dan minuman, petrokimia, peralatan pertanian, alas kaki. Lalu ada lagi sektor industri fiber sintetik, elektronik (kabel, peralatan listrik), permesinan, jasa engineering, Industri Besi dan Baja
3. ACFTA lebih mengarah pada implementasi zona baru prinsip liberalisme perdagangan yang akan menganggu pasar domestik dan mengancam konsumsi barang-barang produksi dalam negeri.
4. pengurangan produksi dari produk-produk indonesia dikarenakan membanjirinya produk-produk Tiong kok di Indonesia.
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal diakibatkan pengurangan produksi dari perusahaan tersebut dalam waktu lama.
6. ‘Gulung tikar’ nya para pengusaha Lokal termasuk dari kalangan UMKM (Usaha Mayarakat kecil dan Menengah) diakibatkan kalah bersaingnnya produk-produk mereka dengan produk impor dari Tiong kok yang dimana produk dari Tiong kok lebih mengedepankan harga murah dari pada kualitas dari barang tersebut.
7. Dari data yang ada, saat ini peredaran barang impor di tanah air telah mencapai 50 persen, 40 persennya merupakan produk impor dari Tiong kok. Dampak terburuk ACFTA, bila bea masuk sudah efektif berlaku nol persen, maka komposisi barang-barang impor diprediksi bisa melonjak mencapai 75 persen dan produk-produk Tiong kok menguasai 70 persennya. Jika hal ini dibiarkan dan tidak ada upaya penghambatan dari pemerintah, dikhawatirkan secara tidak langsung akan berdampak pada lapangan kerja karena akan terjadi alih profesi dari kalangan industriawan ke pedagang atau menjadi distributor.8. Masyarakat Indonesia dipaksa menjadi masyarakat konsumtif, karena dibanjiri oleh barang-barang dari tiong kok dengan harga yang sangat murah tetapi dengan kualitas yang kurang baik.
Dalam empat tahun, nilai impor Indonesia dari Tiong kok di luar sektor minyak dan gas meningkat lebih dari 140 persen. Jika pada awal krisis di tahun 1998 nilai impor dari Tiong kok hanya 870,99 juta dollar AS, tahun 2002 nilainya telah mencapai 2,098 miliar dollar AS. Dalam periode sama, volumenya juga meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 2,01 juta ton di tahun 1998 menjadi 4,773 juta ton pada tahun 2002. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, komoditas impor nonmigas terbesar dari Tiong kok dilihat dari realisasi impor periode Januari-Agustus 2003 adalah jagung sebanyak 95,533 juta dollar AS. Volumenya 782,5 ton, diikuti komoditas buah-buahan segar dan dikeringkan senilai 52,058 juta dollar AS.
Melihat fakta diatas makin jelas akibat yang akan ditimbulkan oleh masuknya produk tiong kok ke indonesia. Di satu sisi, konsumen akan dimanjakan oleh produk-produk yang memiliki kualitas lumayan dengan harga yang jauh lebih murah, selain itu terdapatnya banyak variasi dari produk-produk yang tawarkan makin membuat konsumen makin dimanjakan.ACFTA ternyata memberi dampak positif terhadap Indonesia, contohnya perdagangan bebas ini dapat menyelamatkan negara dari pasar gelap yang sangat merugikan negara. Selain itu, perdagangan bebas ini juga dapat membuat volume perdagangan antarnegara meningkat besar karena semakin banyak produk-produk asing di pasaran.
Banyak pihak meyakini bahwa munculnya ACFTA tidaklah banyak mendapatkan keuntungan kepada Indonesia, ACFTA dianggap hanya akan mendatangkan kerugian dibandingkan dengan manfaatnya, khususnya terhadap industri manufaktur (tekstil, makanan dan minuman, petrokimia, peralatan pertanian, alas kaki. Lalu ada lagi sektor industri fiber sintetik, elektronik (kabel, peralatan listrik), permesinan, jasa engineering, Industri Besi dan Baja) dan tenaga kerja. Dari beberapa diskusi, baca Koran/artikel mengenai dampak buruk ACFTA bagi Indonesia yang telah saya lalui, saya temukan ada beberapa dampak negatif dari ACFTA terhadap Indonesia.
1. Bila pemerintah sampai membebaskan pajak impor hingga nol persen (0%), maka Indonesia tidak akan mendapatkan keuntungan sepeserpun dari masuknya produk impor dari Tiong kok.
2. Terjadi defisit perdagangan. Ini akan menimpa 12 sektor industri yang akan kembali ke titik nadir. Ke 10 sektor Industri tersebut adalah tekstil, makanan dan minuman, petrokimia, peralatan pertanian, alas kaki. Lalu ada lagi sektor industri fiber sintetik, elektronik (kabel, peralatan listrik), permesinan, jasa engineering, Industri Besi dan Baja
3. ACFTA lebih mengarah pada implementasi zona baru prinsip liberalisme perdagangan yang akan menganggu pasar domestik dan mengancam konsumsi barang-barang produksi dalam negeri.
4. pengurangan produksi dari produk-produk indonesia dikarenakan membanjirinya produk-produk Tiong kok di Indonesia.
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal diakibatkan pengurangan produksi dari perusahaan tersebut dalam waktu lama.
6. ‘Gulung tikar’ nya para pengusaha Lokal termasuk dari kalangan UMKM (Usaha Mayarakat kecil dan Menengah) diakibatkan kalah bersaingnnya produk-produk mereka dengan produk impor dari Tiong kok yang dimana produk dari Tiong kok lebih mengedepankan harga murah dari pada kualitas dari barang tersebut.
7. Dari data yang ada, saat ini peredaran barang impor di tanah air telah mencapai 50 persen, 40 persennya merupakan produk impor dari Tiong kok. Dampak terburuk ACFTA, bila bea masuk sudah efektif berlaku nol persen, maka komposisi barang-barang impor diprediksi bisa melonjak mencapai 75 persen dan produk-produk Tiong kok menguasai 70 persennya. Jika hal ini dibiarkan dan tidak ada upaya penghambatan dari pemerintah, dikhawatirkan secara tidak langsung akan berdampak pada lapangan kerja karena akan terjadi alih profesi dari kalangan industriawan ke pedagang atau menjadi distributor.8. Masyarakat Indonesia dipaksa menjadi masyarakat konsumtif, karena dibanjiri oleh barang-barang dari tiong kok dengan harga yang sangat murah tetapi dengan kualitas yang kurang baik.
D. KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGHADAPI
ACFTA
pemerintah dapat memutuskan untuk membuat kebijakan-kebijakan non tarif untuk melindungi produsen dan konsumen lokal di Indonesia, seperti :
o Melakukan pengawasan terhadap produk ilegal masuk ke Indonesia seperti produk makanan dan minuman serta beras dan gula karena tidak tercantum dalam perjanjian ACFTA tersebut.
o Menerapkan SNI (Standar Nasional Indonesia) terhadap produk China yang masuk ke Indonesia serta menetapkan standar produk Indonesia sesuai dengan negara tujuan ekspor. Hal ini akan memungkinkan bagi UKM untuk memasarkan produknya ke China dengan syarat UKM tersebut dapat menyesuaikan dengan standar negara tujuan ekspor.
o Instrument label halal dan petunjuk penggunaan dalam bahasa Indonesia. Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim hendaknya menjadi pertimbangan dalam pencantuman label halal di produk China dengan pengawasan dari MUI. Selain itu pertimbangan aturan pencantuman cara penggunaan produk berbahasa Indonesia wajib diterapkan. Jadi, mungkin saja suatu saat nanti produk China dengan label halal akan banyak kita temui di ritel-ritel bersaing dengan produk lokal.
pemerintah dapat memutuskan untuk membuat kebijakan-kebijakan non tarif untuk melindungi produsen dan konsumen lokal di Indonesia, seperti :
o Melakukan pengawasan terhadap produk ilegal masuk ke Indonesia seperti produk makanan dan minuman serta beras dan gula karena tidak tercantum dalam perjanjian ACFTA tersebut.
o Menerapkan SNI (Standar Nasional Indonesia) terhadap produk China yang masuk ke Indonesia serta menetapkan standar produk Indonesia sesuai dengan negara tujuan ekspor. Hal ini akan memungkinkan bagi UKM untuk memasarkan produknya ke China dengan syarat UKM tersebut dapat menyesuaikan dengan standar negara tujuan ekspor.
o Instrument label halal dan petunjuk penggunaan dalam bahasa Indonesia. Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim hendaknya menjadi pertimbangan dalam pencantuman label halal di produk China dengan pengawasan dari MUI. Selain itu pertimbangan aturan pencantuman cara penggunaan produk berbahasa Indonesia wajib diterapkan. Jadi, mungkin saja suatu saat nanti produk China dengan label halal akan banyak kita temui di ritel-ritel bersaing dengan produk lokal.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Awal tahun 2010 yang merupakan saat mulai diberlakukanya kawasan perdagangan bebas antara China dan ASEAN (China-ASEAN Free Trade Area/ACAFTA). Setelah sebulan pemberlakuan ACAFTA per 1 Januari atau awal Februari 2010, produk China sudah membanjiri pasar. Barang-barang produksi yang menjadi andalan bagi China, khususnya ekspor tekstil dan produk tekstil, alas sepatu, elektronik dan alat-alat rumah tangga serta mainan anak-anak. Produk China dengan harga yang jauh lebih murah dan sangat diminati konsumen Indonesia, dikhawatirkan akan menggeser produk lokal yang harganya jauh lebih mahal.Permintaan agar pemerintah segera membatasi masuknya produk China ini didasari alasan yang sangat kuat. Apalagi, harus diakui, serbuan produk China bisa mengungguli produk lokal yang harganya jauh lebih tinggi, sehingga produk lokal tidak diminati konsumen yang pada gilirannya akan mematikan perusahaan lokal. Kondisi ini juga akan mendorong investasi asing makin berkurang karena mereka mengalihkan dananya ke Negara lain yang akan dijadikan basis produksi ke pasar Indonesia.
Industri China didukung iklim usaha yang lebih kondusif dari pemerintah dalam bentuk bantuan stimulan yang mendorong iklim produksi di sana. Selain itu industri China bisa mendapatkan mesin produksi dari dalam negeri, sedangkan Indonesia harus mengimpor dari luar negeri dengan harga yang lebih mahal. Yang akan sangat terasa imbasnya produk tekstil. Salah satu caranya saat ini pemerintah harus menunda pemberlakuan ACFTA. Upaya penundaan pemberlakuan ACFTA perlu dilakukan oleh pemerintah untuk menyelamatkan beberapa sektor industri yang dipastikan terpukul oleh perjanjian perdagangan bebas ASEAN dengan China itu.
Sedangkan dampak negatif yang banyak dikhawatirkan masyarakat Indonesia adalah masalah ketanagakerjaan, yaitu akan meningkatkan PHK dan pengangguran, tapi karena kenyataanya pemerintah memang tetap memberlakukan ACFTA ini, maka diluar itu semua pemberlakuan ACFTA bisa dilihat dari dampak positifnya yang mungkin saja lebih besar ketimbang efek negatifnya. Dampak positif lainnya dari pemberlakukan ACFTA bisa diprediksikan bahwa sejumlah produk barang dan jasa buatan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik China. Produk-produk hasil perkebunan seperti kakao, minyak kelapa sawit dan lain-lain akan lebih mudah diterima dan dibeli konsumen China sebab lebih kompetitif. Melihat dampak yang sangat luar biasa merugikan tersebut sebaiknya harus dilakukan antisipasi yang cepat dan menyeluruh. Langkah segera yang dapat diupayakan adalah pemerintah negosiasi ulang kesepakatan perdagangan bebas itu atau minimal menundanya, terutama untuk sektor-sektor yang belum siap
Awal tahun 2010 yang merupakan saat mulai diberlakukanya kawasan perdagangan bebas antara China dan ASEAN (China-ASEAN Free Trade Area/ACAFTA). Setelah sebulan pemberlakuan ACAFTA per 1 Januari atau awal Februari 2010, produk China sudah membanjiri pasar. Barang-barang produksi yang menjadi andalan bagi China, khususnya ekspor tekstil dan produk tekstil, alas sepatu, elektronik dan alat-alat rumah tangga serta mainan anak-anak. Produk China dengan harga yang jauh lebih murah dan sangat diminati konsumen Indonesia, dikhawatirkan akan menggeser produk lokal yang harganya jauh lebih mahal.Permintaan agar pemerintah segera membatasi masuknya produk China ini didasari alasan yang sangat kuat. Apalagi, harus diakui, serbuan produk China bisa mengungguli produk lokal yang harganya jauh lebih tinggi, sehingga produk lokal tidak diminati konsumen yang pada gilirannya akan mematikan perusahaan lokal. Kondisi ini juga akan mendorong investasi asing makin berkurang karena mereka mengalihkan dananya ke Negara lain yang akan dijadikan basis produksi ke pasar Indonesia.
Industri China didukung iklim usaha yang lebih kondusif dari pemerintah dalam bentuk bantuan stimulan yang mendorong iklim produksi di sana. Selain itu industri China bisa mendapatkan mesin produksi dari dalam negeri, sedangkan Indonesia harus mengimpor dari luar negeri dengan harga yang lebih mahal. Yang akan sangat terasa imbasnya produk tekstil. Salah satu caranya saat ini pemerintah harus menunda pemberlakuan ACFTA. Upaya penundaan pemberlakuan ACFTA perlu dilakukan oleh pemerintah untuk menyelamatkan beberapa sektor industri yang dipastikan terpukul oleh perjanjian perdagangan bebas ASEAN dengan China itu.
Sedangkan dampak negatif yang banyak dikhawatirkan masyarakat Indonesia adalah masalah ketanagakerjaan, yaitu akan meningkatkan PHK dan pengangguran, tapi karena kenyataanya pemerintah memang tetap memberlakukan ACFTA ini, maka diluar itu semua pemberlakuan ACFTA bisa dilihat dari dampak positifnya yang mungkin saja lebih besar ketimbang efek negatifnya. Dampak positif lainnya dari pemberlakukan ACFTA bisa diprediksikan bahwa sejumlah produk barang dan jasa buatan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik China. Produk-produk hasil perkebunan seperti kakao, minyak kelapa sawit dan lain-lain akan lebih mudah diterima dan dibeli konsumen China sebab lebih kompetitif. Melihat dampak yang sangat luar biasa merugikan tersebut sebaiknya harus dilakukan antisipasi yang cepat dan menyeluruh. Langkah segera yang dapat diupayakan adalah pemerintah negosiasi ulang kesepakatan perdagangan bebas itu atau minimal menundanya, terutama untuk sektor-sektor yang belum siap
B. SARAN
1. Untuk menambah daya saing, Indonesia juga harus meningkatkan efisiensi sehingga produktivitas dalam negeri meningkat. Memperluas akses pasar. Tak lupa meningkatkan
kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk promosi pemasaran.
2. Jelas bahwa produk-produk lokal membutuhkan ide, inovasi, solusi dan strategi bisnis jitu yang mampu meningkatkan daya saing menghadapi serbuan produk China. Produsen lokal juga dapat memperkuat brand sehingga menjadi pilihan utama konsumen Indonesia dibandingkan produk China.
3. Pertegas produk unggulan Indonesia
Produk yang menjadi unggulan ini harus benar-benar ‘unggulan’ sehingga negara lain tidak dapat menyamai dengan mudah. Selain itu, jika produk kita menjadi unggulan, tentu kita juga dapat ‘menguasai’ pasar beserta harganya. Contoh beberapa produk yang sudah memiliki nama di dunia, batik, kelapa sawit, dll.
4. Objek pariwisata sebagai salah satu sumber devisa yang utama
Indonesia memiliki kelebihan dari sisi alam dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia, namun ironisnya 2 negara itu justru lebih berhasil menarik wisatawan (termasuk dari Indonesia) sendiri. Negara kita tentu tidak kalah dalam hal menyediakan objek pariwisata yang indah, namun branding dan kemasannya saja yang dirasa kurang menarik dan cenderung kurang serius. Padahal sumber pemasukan dari bidang ini masih cukup menjanjikan, dan tidak seperti sumber daya alam lain, objek pariwisata tidak pernah ‘habis’, bahkan cenderung berkembang. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia melakukan branding yang menarik bagi wisatawan dan menyiapkan objek pariwisata yang cukup ‘berkelas’ sehingga dapat menjadi kebanggaan Indonesia.
1. Untuk menambah daya saing, Indonesia juga harus meningkatkan efisiensi sehingga produktivitas dalam negeri meningkat. Memperluas akses pasar. Tak lupa meningkatkan
kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk promosi pemasaran.
2. Jelas bahwa produk-produk lokal membutuhkan ide, inovasi, solusi dan strategi bisnis jitu yang mampu meningkatkan daya saing menghadapi serbuan produk China. Produsen lokal juga dapat memperkuat brand sehingga menjadi pilihan utama konsumen Indonesia dibandingkan produk China.
3. Pertegas produk unggulan Indonesia
Produk yang menjadi unggulan ini harus benar-benar ‘unggulan’ sehingga negara lain tidak dapat menyamai dengan mudah. Selain itu, jika produk kita menjadi unggulan, tentu kita juga dapat ‘menguasai’ pasar beserta harganya. Contoh beberapa produk yang sudah memiliki nama di dunia, batik, kelapa sawit, dll.
4. Objek pariwisata sebagai salah satu sumber devisa yang utama
Indonesia memiliki kelebihan dari sisi alam dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia, namun ironisnya 2 negara itu justru lebih berhasil menarik wisatawan (termasuk dari Indonesia) sendiri. Negara kita tentu tidak kalah dalam hal menyediakan objek pariwisata yang indah, namun branding dan kemasannya saja yang dirasa kurang menarik dan cenderung kurang serius. Padahal sumber pemasukan dari bidang ini masih cukup menjanjikan, dan tidak seperti sumber daya alam lain, objek pariwisata tidak pernah ‘habis’, bahkan cenderung berkembang. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia melakukan branding yang menarik bagi wisatawan dan menyiapkan objek pariwisata yang cukup ‘berkelas’ sehingga dapat menjadi kebanggaan Indonesia.
Anda berminat les privat
bahasa mandarin hubungi
XL :
087853300091
PIN
BB
: 542D2541
LINE :
young_bastian
INSTAGRAM : HUANGKUNYANG
PIN
BB :
2619E4DB
DAFTAR HARGA LES
PRIVAT BAHASA MANDARIN SURABAYA
DAFTAR HARGA LES
PRIVAT BAHASA MANDARIN SURABAYA JALAN KENJERAN
Murid datang kerumah
guru jalan kenjeran 4 no 3
1 orang 75.000. Per kali datang 520.000 perbulan
2 orang 100.000. Per kali datang 640.000 perbulan
3 orang 135.000. Per kali datang 840.000 perbulan
4 orang 160.000. Per kali datang 960.000 perbulan
SEMINGGU DUA KALI
SEBULAN DELAPAN KALI
JANGAN LUPA BACA JUGA
KETERANGAN DISKON DIBAWA
GURU DATANG KERUMAH
MURID
DAFTAR HARGA LES
PRIVAT BAHASA MANDARIN SURABAYA SURABAYA TIMUR
Donokerto, Lebak,
karang empat, karangasem, Kapasan, Rangkah, Ambengan, Ploso, Jln Kenjeran,
Simokerto, Gembong, ngaglik, jagalan, kapasari, sidotopo, kembang jepun, kusuma
bangsa, ambengan, tambak sari, pacar keling,
1 orang 90.000. Per kali datang 600.000 perbulan
2-3 orang 120.000. Per kali datang 750.000 perbulan
4-5 orang 130.000. Per kali datang 880.000 perbulan
6-7 orang 160.000. Per kali datang 1.120.000 perbulan
8-9 orang 170.000. Per kali datang 1.200.000 perbulan
Surabaya timur (kali
waron, dharmahusada, mulyosari, raya keputih, jl raya kertajaya bliton,
klampis, raya gubeng, manyar kertoarjo, ngagel, manyar, dan sekitarnya)
1-2 orang 120.000. Per kali datang 800.000 perbulan
3-4 orang 150.000. Per kali datang 960.000 perbulan
5-6 orang 225.000. Per kali datang 1.400.000 perbulan
7-9 orang 280.000. Per kali datang 1.680.000 perbulan
Surabaya timur (nginden, keputih,rungkut, semolo waru,
panjang jiwo, ngagel, pucang, trenggilis, prapen, jemursari, margorejo,
sidosermo, pandugo, gunung anyar dan sekitarnya)
1-2 orang 140.000 Per kali datang 960.000 perbulan
3-4 orang 180.000 Per kali datang 1.200.000 perbulan
5-6 orang 275.000 Per kali datang 1.800.000 perbulan
7-9 orang 350.000. Per kali datang 2.240.000 perbulan
SEMINGGU DUA KALI
SEBULAN DELAPAN KALI
JANGAN LUPA BACA JUGA
KETERANGAN DISKON DIBAWA
DAFTAR HARGA LES
PRIVAT BAHASA MANDARIN SURABAYA Surabaya Barat
1-2 orang 180.000 Per kali datang 1.200.000 perbulan
3-4 orang 210.000 Per kali datang 1.440.000 perbulan
5-6 orang 300.000 Per kali datang 2.000.000 perbulan
7-9 orang 385.000. Per kali datang 2.520.000 perbulan
SEMINGGU DUA KALI
SEBULAN DELAPAN KALI
JANGAN LUPA BACA JUGA
KETERANGAN DISKON DIBAWA
DAFTAR HARGA LES
PRIVAT BAHASA MANDARIN SURABAYA Seluruh daerah
Surabaya
10-15 orang
450.000 Per
kali datang 2.600.000
perbulan
SEMINGGU DUA KALI
SEBULAN DELAPAN KALI
JANGAN LUPA BACA JUGA
KETERANGAN DISKON DIBAWA
Anda berminat
les privat bahasa mandarin hubungi
XL :
087853300091
PIN
BB
: 542D2541
LINE :
young_bastian
INSTAGRAM :
HUANGKUNYANG
PIN
BB :
2619E4DB
KETERANGAN DISKON
JADWAL
LES/KURSUS JAM 08:00- JAM 13:00 DISKON 10%
SISWA
ATAU SISWI SD GLORIA, SMP GLORIA, SMA
GLORIA, SD YPPI, SMP YPPI, SMA YPPI, SD
NSA, SMP NSA, SMA NSA, SD VITA, SMP VITA, SMA VITA, SMP SANTA AGNES MENDAPAT
DISKON 10 % SELAMA 2 BULAN PERTAMA
Mahasiswa atau mahasiswi
UBAYA(UNIVERSITAS SURABAYA), UNAIR(UNIVERSITAS AIRLANGGA), ITS(INSTITUT 10
NOVEMBER), ISTTS, STIKOM, UNIVERSITAS MONAS, WK WIJAYA KUSUMA, UKP (UNIVERSITAS
KRISTEN PETRA), WM(WIDYA MANDALA), UBARA, UNESA, UNTAK, ITAS, UNIVERSITAS
CIPUTRA, UNIVERSITAS NAROTAMA, UNESA(UNIVERSITA NEGERI SURABAYA), UNIVESITAS HANG TUA MENDAPAT DISKON 10 %
SELAMA 3 BULAN PERTAMA
GURU ATAU KARYAWAN SD
GLORIA, SMP GLORIA, SMA GLORIA, SD YPPI, SMP YPPI, SMA YPPI, SD NSA, SMP NSA, SMA NSA, SD VITA, SMP
VITA, SMA VITA, SMP SANTA AGNES, SD CITA HATI, SMP CITA HATI, SMA CITA HATI, SD
SPIN, SMP SPIN, SMA SPIN, SD MERLION, SMP MERLION, SMA MERLION, SD ELYON, SMP
ELYON, SMA ELYON, SD HENDRIKUS, SMP HENDRIKUS, SMA HENDRIKUS, TK PETRA SD
PETRA, SMP PETRA, SMA PETRA, SMK PETRA, SMKK MATER AMABILIS MENDAPAT DISKON 10 % SELAMA 6 BULAN PERTAMA
DOSEN
DAN KARYAWAN UBAYA(UNIVERSITAS SURABAYA), UNAIR(UNIVERSITAS AIRLANGGA),
ITS(INSTITUT 10 NOVEMBER), ISTTS, STIKOM, UNIVERSITAS MONAS, WK WIJAYA KUSUMA,
UKP (UNIVERSITAS KRISTEN PETRA), WM(WIDYA MANDALA), UBARA, UNESA, UNTAK, ITAS,
UNIVERSITAS CIPUTRA, UNIVERSITAS NAROTAMA, UNESA(UNIVERSITA NEGERI
SURABAYA), UNIVESITAS HANG TUA MENDAPAT
DISKON 10 % SELAMA 5 BULAN PERTAMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar